fbq('track', 'PageView');

3 Kategori Wilayah Pekerjaan di Ketinggian

Pekerjaan di ketinggian merupakan salah satu jenis pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dan dapat menyebabkan kecelakaan serius jika tidak dilakukan dengan benar.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pekerjaan Ketinggian.

Dalam peraturan ini, terdapat tiga kategori wilayah pekerjaan di ketinggian, yaitu wilayah bahaya, wilayah waspada, dan wilayah aman.

Dalam artikel ini, kita akan membahas masing-masing kategori tersebut serta pentingnya pemahaman akan regulasi ini dalam menjamin keselamatan kerja.

1. Wilayah Bahaya

Wilayah bahaya adalah area dimana pekerja terpapar berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau cedera.

Di dalam ketegori ini, pekerjaan di ketinggian yang memiliki potensi jatuh dari ketinggian lebih dari 2 meter harus mendapatkan perhatian khusus.

Pekerja yang berada di wilayah bahaya harus dilengkapi dengan peralatan perlindungan diri (APD) yang memadai, seperti sabuk pengaman dari

Contoh Situasi di Wilayah Bahaya

Beberapa contoh pekerjaan yang termasuk dalam kategori wilayah bahaya adalah:

  • Pekerjaan konstruksi bangunan bertingkat tinggi.
  • Pemasangan dan perawatan atap gedung.
  • Pekerjaan di menara komunikasi dan listrik.

Perusahaan yang mengerjakan proyek di wilayah bahaya wajib melakukan evaluasi risiko dan menyediakan langkah-langkah mitigasi untuk melindungi pekerja.

Hal ini termasuk melakukan riksa uji peralatan K3 secara rutin untuk memastikan semua alat dan perangkat keselamatan dalam kondisi baik.

2. Wilayah Waspada

Wilayah waspada merupakan area di mana pekerja harus tetap waspada terhadap potensi bahaya, meskipun risiko jatuh tidak setinggi di wilayah bahaya.

Di dalam kategori ini, pekerjaan di ketinggian yang memiliki potensi jatuh dari ketinggian antara 1 hingga 2 meter harus dilakukan dengan hati-hati.

Pekerja di wilayah ini juga perlu dilengkapi dengan APD, meskipun tidak seketat di wilayah bahaya.

Contoh Situasi di Wilayah Waspada

Contoh pekerjaan yang masuk dalam kategori wilayah waspada meliputi:

  • Pekerjaan pemeliharaan di atas scaffold atau scaffolding.
  • Pemasangan peralatan di ketinggian yang tidak terlalu tinggi.
  • Pekerjaan pengecatan dan perawatan bangunan.

Penting bagi perusahaan untuk memberikan pelatihan yang tepat bagi pekerja yang berada di wilayah waspada agar mereka dapat mengenali potensi bahaya dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.

3. Wilayah Aman

Wilayah aman adalah area di mana risiko jatuh minimal, dan pekerjaan di ketinggian dapat dilakukan dengan relatif aman.

Di dalam kategori ini, pekerja tidak berisiko jatuh dari ketinggian, dan pekerjaan dapat dilakukan tanpa memerlukan peralatan keselamatan khusus.

Meskipun demikian, tetap diperlukan kewaspadaan dan perhatian terhadap keselamatan.

Contoh Situasi di Wilayah Aman

Contoh pekerjaan yang termasuk dalam kategori wilayah aman adalah:

  • Pekerjaan di area yang memiliki pengaman atau pembatas yang memadai.
  • Pekerjaan di atap datar dengan akses yang aman.
  • Kegiatan yang dilakukan di ketinggian rendah, seperti penggantian lampu di langit-langit rendah.

Meskipun risiko di wilayah aman relatif rendah, penting untuk tetap mematuhi prosedur keselamatan yang telah ditetapkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

Pentingnya Riksa Uji Peralatan K3

Dalam menjalankan pekerjaan di ketinggian, keselamatan pekerja harus menjadi prioritas utama.

Salah satu langkah penting dalam menjaga keselamatan adalah melakukan riksa uji peralatan K3 secara rutin.

Riksa uji ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua peralatan yang digunakan, termasuk alat perlindungan diri, dalam kondisi baik dan siap digunakan.

Pekerjaan di ketinggian sering kali melibatkan penggunaan peralatan yang memiliki potensi risiko tinggi.

Oleh karena itu, setiap perusahaan yang terlibat dalam pekerjaan di ketinggian harus memiliki rencana manajemen keselamatan yang mencakup:

  • Penilaian risiko secara berkala.
  • Pelatihan dan edukasi untuk pekerja.
  • Prosedur tanggap darurat jika terjadi kecelakaan.

Regulasi yang relevan dalam konteks ini adalah Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2016, yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan di ketinggian.

Selain itu, perusahaan juga harus mematuhi peraturan lain yang berlaku, seperti undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja, yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan evaluasi dan audit secara rutin terhadap sistem manajemen keselamatan kerja mereka.

Kesimpulan

Pekerjaan di ketinggian memiliki risiko yang tidak bisa dianggap remeh.

Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan untuk memahami kategori wilayah pekerjaan di ketinggian dan menerapkan prosedur keselamatan yang tepat.

Dengan mengikuti regulasi yang ditetapkan dalam Permenaker No. 9 Tahun 2016, perusahaan tidak hanya melindungi keselamatan pekerja tetapi juga meningkatkan produktivitas dan reputasi bisnis.

Apakah Anda ingin memastikan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan Anda?

PT Jasa Teknik Indonesia Indonesia menawarkan layanan riksa uji peralatan K3 untuk memastikan bahwa semua peralatan yang digunakan di pekerjaan ketinggian memenuhi standar keselamatan.

Hubungi kami sekarang di www.jastekindo.co.id untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan penawaran terbaik!

Pesawat Uap dan Bejana Tekan: Mengapa Pengawasan K3 Tidak Boleh Diabaikan?
14Mar

Pesawat Uap dan Bejana Tekan: Mengapa Pengawasan K3 Tidak Boleh Diabaikan?

Pengawasan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada pesawat uap dan bejana tekan tidak boleh diabaikan karena peralatan ini beroperasi pada tekanan tinggi dan suhu ekstrem, yang berpotensi menimbulkan bahaya besar.  Potensi bahaya yang ditimbulkan meliputi semburan api, air panas, gas beracun, fluida, uap panas, debu, sengatan listrik, peningkatan tekanan, hingga ledakan.  Oleh karena itu, pengawasan […]

7 Keuntungan NDT Dibandingkan Pengujian Destruktif
14Mar

7 Keuntungan NDT Dibandingkan Pengujian Destruktif

Non-Destructive Testing (NDT) merupakan metode inspeksi yang sangat penting dalam berbagai industri karena memungkinkan pengujian material atau komponen tanpa merusaknya.  Dibandingkan dengan metode destruktif, NDT menawarkan berbagai keuntungan yang tidak hanya menghemat biaya tetapi juga meningkatkan efisiensi dan keamanan.  Berikut adalah tujuh keuntungan utama dari Non-Destructive Testing yang menjadikannya pilihan unggul dalam proses inspeksi dan […]

Overhead Crane 2025: Bagaimana Teknologi Cerdas Meningkatkan Efisiensi Industri
07Mar

Overhead Crane 2025: Bagaimana Teknologi Cerdas Meningkatkan Efisiensi Industri

Penggunaan overhead crane di Indonesia diprediksi akan mengalami pertumbuhan pesat pada tahun 2025 seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri terhadap efisiensi dan produktivitas.  Didukung oleh perkembangan teknologi, otomatisasi, dan digitalisasi, overhead crane semakin menjadi solusi utama dalam berbagai sektor manufaktur, konstruksi, dan logistik.  Penerapan teknologi canggih dalam sistem pengangkatan dan pemindahan material tidak hanya meningkatkan kecepatan […]